Minggu, 30 Maret 2014

Pastinya Ada Ulos, Ada Batak



Ada Ulos, Ada Batak



KOMPAS/RADITYA HELABUMI Bagi masyarakat Karo, uis gara (ulos dalam bahasa Batak) telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, terutama berkaitan dengan acara adat, termasuk upacara pemakaman.

Oleh: Sarie Febriane

Sebagai artefak budaya, ulos mencoba terus beradaptasi dalam titian zaman. Kesetiaan dan kreativitas petenun menjadi penggerak keberlangsungan ulos. Sebab, tanpa ulos, tiada pula yang disebut sebagai Batak.
Kabut pagi yang tipis masih membayangi permukaan Danau Toba ketika tiga petenun muda di Samosir pergi mandi dan mencuci baju. Dina Simbolon (24), Royani Turnip (19), dan Bunga Nainggolan (18) berjalan beriring sembari membawa perlengkapan mandi. Hari itu, suplai air pipa di Desa Lumban Suhi-suhi di Pulau Samosir tak mengalir. Mandi di danau menjadi solusi praktis.
Sambil mencuci baju, Nani menyetel lagu di ponselnya. Lagu era 1990-an dari Michael Bolton, ”Said I Loved You but I Lied”, terdengar di antara suara kecipak air di tepian danau. Sementara itu, Dina dan Bunga sudah asyik mandi dan berenang di danau. ”Rencana saya sebenarnya pingin kuliah di fakultas hukum,” kata Nani dengan rona wajah malu-malu.
Dalam rangka merajut impiannya itulah, Nani kini tekun menenun ulos. Uang yang terkumpul dari ulos ditabungnya untuk modal sekolah di perguruan tinggi. Bagi banyak orang Batak, pendidikan merupakan hal yang teramat penting. Orang Batak tidak sudi menderita demi mencapai pendidikan tinggi. Tidak terkecuali perempuan. Tidak heran Nani pun memendam tekad serupa.



Terbang ke New York
Seperti juga temannya yang lain, gadis muda Batak kini mulai menekuni keterampilan menenun. Menenun menjadi sumber penghasilan tambahan bagi keluarga, selain bertani. Nani dan teman-temannya belajar menenun di bengkel tenun sederhana milik desainer tekstil Merdi Sihombing di Desa Lumban Suhi-suhi, Samosir, Sumatera Utara.
Sejak berbulan-bulan sebelumnya, bersama Lusi Nainggolan, istri Merdi, Nani dan temannya menenun ulos-ulos indah yang lalu dibawa Merdi ke New York, Amerika Serikat. Ulos-ulos sutra karya para petenun muda asal Samosir itu sejak 12 Maret hingga 27 Juli mendatang dipamerkan di Skylight Gallery, Charles B Wang Centre, Stony Brook University, New York. Pameran bertema ”Seas
of Blue: Asian Indigo Dye” itu diikuti empat negara saja dari Asia, yakni Indonesia, Jepang, Korea Selatan, dan India.




Merajut harapan
Dari bengkel sederhana tadi, sebuah harapan dirajut. Gadis-gadis muda Batak sudi menenun ulos sekalipun itu sebagai batu loncatan untuk meraih mimpi yang lain. Namun, setidaknya proses regenerasi petenun ulos telah menapaki jalannya. Dan, jalan itu menjadi niscaya ketika ulos dikemas Merdi menjadi bukan sekadar sebagai artefak budaya atau perangkat adat, melainkan juga sebagai komoditas mode.


KOMPAS/RADITYA HELABUMI Proses menyirat ulos

Ulos secara umum menggunakan teknik ikat yang disebut gatip, yakni benang lungsi diikat sebelum dicelup pewarna, untuk mengisolasi bagian yang tak ingin diwarnai. Teknik ini memunculkan motif saat ditenun. Ulos kemudian diberi tambahan sirat, semacam pembatas di kedua ujung ulos yang dikerjakan oleh perajin sirat. Sirat biasanya mengambil motif gorga, ukiran khas pada rumah adat Batak.

Ulos karya para petenun muda binaan Merdi dibuat dari serat sutra alam dan pewarna alami dari dedaunan nila atau indigo (Indigofera tinctoria) yang banyak tumbuh subur di kawasan Danau Toba. Indigo inilah yang zaman dahulu—sebelum dikenalnya pewarna kimia—digunakan para petenun ulos. Bagi Merdi, penggunaan kembali pewarna indigo merupakan hasratnya untuk mengembalikan kekhasan sejati ulos dari masa lampau dalam konteks zaman terkini.

Beradaptasi dengan zaman juga menjadi jalan yang ditempuh tenun uis gara—sebutan untuk ulos—di Tanah Karo. Sahat Tambun, pemilik usaha tenun uis Trias Tambun di Kabanjahe, mengolah uis gara bukan sekadar untuk keperluan adat, melainkan juga aneka kerajinan dan ornamen hiasan interior. Bahkan, Sahat juga berkreasi memodifikasi motif. Salah satunya dengan memadukan motif khas Karo, yakni legot, dengan motif lurik, salah satu tenun khas Jawa. Hasilnya amatlah menawan.
Lain lagi kreasi yang dicipta petenun hiou (ulos) Bob Damanik di Pematang Siantar. Sebuah alat tenun bukan mesin (ATBM) berukuran cukup besar menyesaki bagian belakang rumahnya. Dengan alat tenun ini, Bob menenun sekaligus membuat gatip. Jalinan benang lungsi yang sudah tersusun pada alat tenun sebagian diisolasi dengan bilah-bilah bambu sesuai motif gatip. Bob kemudian mengambil pewarna dan mengecat benang yang tak terisolasi bambu. ”Lihat, tinggal cat benang langsung kering, jadi sudah gatip,” ujarnya terkekeh.
Dengan cara begitu, Bob berhemat waktu banyak dalam proses membuat gatip. Sehelai hiou bermotif tapak catur pun dapat selesai dalam waktu sehari-dua hari saja.

 Kesakralan tereduksi
Menurut antropolog Universitas Negeri Medan, Bungaran Simanjuntak, tak ada catatan pasti sejak kapan orang Batak membuat tenun. Diperkirakan, tenun ulos telah ada sejak ribuan tahun lampau seiring terbentuknya masyarakat Batak itu sendiri. Ada ulos, ada Batak.


KOMPAS/RADITYA HELABUMI Pekerja menunjukan contoh cetakan untuk motif tenun uis (ulos) Karo di usaha tenun menggunakan alat tenun bukan mesin TriasTambun di Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara.

Dalam buku Seni Budaya Batak yang ditulis Jamaludin S Hasibuan (1985), teknik ikat dalam tenun Batak berasal dari kebudayaan Dongson yang berkembang di kawasan Indochina. Kain tenun ulos sejatinya merupakan selimut pemberi kehangatan. Ada tiga unsur pemberi kehangatan dalam kehidupan orang Batak zaman dahulu, matahari, api, dan ulos. Ulos dikenakan sebagai penjaga keselamatan tubuh dan jiwa pemakainya.
Dahulu, sebelum masuknya agama dari Barat dan Timur Tengah, pembuatan ulos selalu tergantung dari pesanan dan dikaitkan dengan jiwa si pemesan. Namanya, usianya, asalnya, waktu keperluannya selalu ditanya oleh petenun. Oleh karena itu, pembuatan ulos selalu berlatar belakang kekuatan mistik sehingga ulos berfungsi protektif kepada pemakainya,” papar Bungaran.
Selain sebagai pakaian, penanda kedudukan, penanda kelompok, dan perangkat adat, ulos juga menjadi pengikat kasih sayang antar-sesama manusia. Bahkan, segala bentuk hadiah dari pihak perempuan kerap disebut ulos walaupun bukan dalam bentuk kain.
Waktu saya menikah dan ikut suami, ibu saya memberi ulos sitolu tuho yang dia tenun sendiri, sambil berpesan, kalau saya rindu dia, tinggal peluk erat-erat ulos pemberiannya,” kata Lasma Nainggolan (58), pedagang ulos di Pasar Horas, Pematang Siantar.
Seiring zaman dan masuknya agama modern, sebagian besar masyarakat Batak tak lagi melakoni kepercayaan yang dianut para leluhur. Sejak itulah, menurut Bungaran, kesakralan ulos dari segi magis tereduksi. Kesakralan ulos beralih, dikemas dalam bingkai keagamaan, tanpa menyerap lagi unsur kemagisan.
Meski zaman terus berubah dan kepercayaan leluhur ditinggalkan, bagaimanapun sulit menjadi Batak tanpa ulos. Ulos pada masa kini mungkin memang tak lagi berfungsi magis sebagai penjaga jiwa, tetapi penjaga identitas budaya bagi masyarakat Batak. Di dalam setiap helai benangnya termuat sejarah yang menjadikan identitas Batak ada.



Sumber: http://regional.kompas.com/read/2014/03/30/0951439/Ada.Ulos.Ada.Batak

Jumat, 21 Maret 2014

Kamis Putih - Galangan Na Manggoluh

Galangan Na Manggoluh

Kamis Putih Ambilan : Psalmen 50:7-15

Tanggal : 17 April 2014

Doding : Haleluya No. 129:2-3

 Arti Kamis Putih <-- klik

 

A. Parlobeini

Bani hata Heber, Psalmen isobu tehillim, na  mararti “puji-pujian”; judul bani Septuaginta (Padan Nabasaia ibagas hata Gorik na ihorjahon 70 halak rabbi Jahudi hira tahun 200 SM) aima ‘psalmoi’ na mararti “doding na irandu pakon husapi) “.

Teks ni ambilanta santorap on aima Psalmen na sinurathon ni si Asap; pasal si Asap bani 1 Kronika  6:39 isobut aima sahalak humbani ginompar ni si Levi, songon na binotohta, morga Levi aima sada humbani 12 morga Israel na khusus marugas mangidangi Jahowa salaku malim itongah-tongah ni ugama Israel.

Asap homa manjabat salaku kopala ni siparugas i lobei ni poti ni Jahowa (1 Kron 16:4-5). Anjaha bani 1 Kron 25:1 Asap pakon ginomparni aima na ipapulig si Daud na gabe siparugas manggiut husapi, arbab pakon sordam anjaha torus do horja hamalimon tarlobih ibagas pamujion marhitei parugas ai ijolom ginompar ni si Asap das hu habuangan pe sidea.

Halani ai do das hubani panorang habuangan pe psalmen on torus do idodingkon anjaha doding ai roh humbani piga-piga ginompar ni si Asap on, ai do ase jumpah hita piga-piga torap bani Psalmen on doding na isobut ijai “doding humbani si Asap”.




B. Hatorangan

a)        Bani ayat 1 bindu 50 on, isobut do pasal theofani (horja ni Naibata na pataridahkon diri-Ni), susur hu tongah-tongah ni Israel na maribadah, mamuji-Si i rumah panumbahan ai; “Naibata, Naibata Jahowa marsahap anjaha mardilo bani tanoh on, humbani hapoltakan das hu hasundutan”.

Bani teks asli hata Naibata isobut “El, Elohim Yahweh diber” (God, God Jehovah has spoken). Terjemahan humbani ahli tafsir adong manobut terjemahan ni ayat on, “Yahweh, Naibata ni sagala naibata”; artini ai lang adong namangatasi Yahweh (Jahowa).

Bani panorang ai halak Israel idompakkon bani bagei-bagei ibadah ni halak sipajuh begu-begu (goyim=bangsa-bangsa kafir) na manginggoti Israel, gariada seng pitah ai, halak sipajuh begu-begu on do homa na mamorang pakon mantaluhon halak Israel.

Gabe sungkun-sungkun do bani sidea, “na so mardai do ibadah ni sidea dompak Jahowa ai?”; atap “Na gogohan do naibata ni sipajuhbegu-begu ai ase Jahowa sandiri?”


b)       Bani teksta on Jahowa gabe Panguhum (hakim) na “manginterogasi” bangsa-Ni na sungkun-sungkun (meragukan) kuasani Jahowa ai. Bani teksta ayat 7 on tangkas do isobut sungkun-sungkun ai, “Tangihon ma, ale bangsang-Ku; bani naskah Ibrani hata “tangihon” ma isobut “syem’ah”, hata na manuntut keseriusan, fokus ni sipanangar hubani na marsahap; hata bangsang-Ku bani teks Ibrani isobut “ami” (bangsani Naibata) lang bangsa kafir (goyim).

Humbani teks on Naibata marsahap, mangindo keseriusan ni bangsa ai, partanggungjawaban ni Israel salaku ‘am Yahweh’ bangsani Jahowa. Esklusif do Israel pasal ai marimbang ganupan bangsa-bangsa na itanoh on. Ase humbani status ai sandiri domma tangkas aha ma nani na pinindo ni Jahowa dompak Israel bangsa-Ni ai.

Naibata Jahowa manungguli use sonaha do parsaoran ni (relasi) ni pakon Israel. Ia aima “Elohekha anokhi” (Ahu do Naibatanima). Ai lang bahat do “el-el” (naibata-naibata na iinggot Israel?). Adong Baal, Marduk, Isis pakon Ashera ampa na legan na isombah bangsa-bangsa na legan in? Tapi nini Jahowa tangkas ijon “Eloheka anokhi” (Ahu do Naibatanima). Jahowa ijon marsahap (dabar=berfirman). Bani hata on adong golpa-golpa, penegasan, janji haluahon pakon uhuman.

Bani konteks ibadah Israel, sungkun-sungkun ni Jahowa on ipadas malim hu tongah-tongah ni kuria (jemaah), anjaha kuria ai maningon marbalos do ibagas uhurni, “naha do tongon, Jahowa do Naibatanami atap na legan do”. Sonaha do sikap ni maribadah, dompak Jahowa do uhurni atap hu bani na legan do. Ra do pongkut hita tonggoron maribadah i gereja atap partonggoan, tapi uhurta hubani artanta, otik-otik hita manorih jam halani adong siayakon dob mulak maribadah. Ibadah lang be ibahen hita panorang pasirsirhon uhurta manangar hatani Naibata, tapi domma hubani na legan, sonaha ase tonggoron ni hasoman, sedo sonaha Naibata marsahap hubanta.

Dobni lang jumpah malas ni uhur mulak marminggu, lang adong tambah haporsayaon, halani sadokah na marminggu ai, na legan do pingkiranta, marungut-ungut bani ambilan na iahap hita lang domu bani “seleranta”, doding na iahap hita lang sosok pakon na legan-legan.


c)        Aha do na iparayak hita bani na maribadah hita? Jengesni pamakei do? Landurni doding atap koor do? Mantinni tangaron ni ambilan do? Atap sound system ni gereja na luar biasa do? Atap hubani garama atap anakboru, das jumpah ‘jodoh’ do? Ibadah humbani hata Heber ‘abodah’ na marurat humbani hata ‘abd’ (ebed) na mararti jabolon, hamba, manrogop, mangundukkon diri.

Halak na maribadah aima na mamparnalang dirini halani Naibata roh hu tongah-tongah ni ibadah ai. Ase ibadah ai itujuhon sedo hubani jolma, tapi hubani Naibata do. Sedo halani ‘galangan’ ta na buei in ase mardai ibadah, sedo homa halani landurni doding ase mardai ibadah, atap sedo halani ‘marapi purun ni ambilan’ ase marnidok ibadah.

On ma na isungguli Naibata Jahowa halak na maribadah ai bani ayat 8 ai, “sedo halani galangan sisayotonmu ase Hupisang ho; galangan situtungonmu tongtong do ilobei-Hu”. Ai sedo na hurangan Jahowa bani lombu, hambing tunggal. Ai Ia do simada haganupan na i harangan. Mangaha hurangan Naibata? Ase prakarsani ibadah sedo jolma, tapi Naibata sandiri do na dob marholong ni atei dompak jolma in, ai anggo humbani hadoharon ampa dear gabeini jolma in sedo na apala talup ia roh hubani Tuhan in halani hadousaonni.

Ibadah na ibahen hita aima mambalosi ontangan, dilo-dilo ni Naibata hubanta na dob marholong ni atei banggal banta, sedo halani na laho patidakhon atap patimbulhon hajongjonganta.


d)       Seng sisogokon Naibata marhitei ibadahta. Bani na deba adong do pangahap ni bahasa anggo Naibata na boi do ‘isogok’ marhitei pambahenanni, galanganni atap habujuronni dirini”. On ma nahotop isobut ‘naborit ni halak Parisei”—hundarat tonggoron halak na pongkut marugama tapi gok ibagas hagedukon pakon hasipakulah-kulahon.

Barang halak na maruttung rugi bani na maribadah/margareja. Nuan on hotop do na bogei ungut-ungut ni kuria in na deba, “Ai huja do galangan in sonai bueini ibahen GKPS on?”, na deba parahni ai do use, “idah domma tambah bayakni GKPS on halani bahatni perpuluhan nuan on, tontu lambin maringgas ma pandita atap penginjil na laho mangidangi kuria in?” Mase ipaetek hita dirinta? Ai duit barang galanganta ai do nani ukuranni ‘keberhasilan’ ni misini Gereja? Anggo bahat ma hita manggalang songon bahatni galangan ai ma homa nini uhurta pangidangionni kuria hubanta? On paretongan na so Injili do on! Paretongan ni halak na maruhur haut, na bani hata Latin isobut ‘do ut des’ (hubere ase ibere; hugalangkon ase martambah galanganku/pansarianku). Dos ma ai songon sungkun-sungkun ni sahalak dakdanak SM, “Mase adong galangan i gereja?”.

Ibalosi bapani, “hubani Tuhan do in?”. “Iah, ai na porlu do gakni Tuhan in bai duit, mase porlu Tuhan marduit?” Tuhan seng mamorluhon duit, seng mamorluhon galangan, Ia do simada haganupan, Ia do ompungan ni haganup.

Bani hata Ibrani, “ki li khal hayyeto” (halani Ia do simada haganup (binatang) na iharangan. Seng na porlu bani galangan, kuria in do na maningon totap pataridahkon ‘ha-ebed-(hajabolonan-ni) ai ilobeini Jahowa marhitei na padashon galanganni tanda ni nadob ihaholongi, ipaluah Jahowa ia humbani haganupan pardousaonni, uhumanni ampa hamateianni jolma in sandiri.



C. Pangibulanni


a)        Motivasitta maribadah maningon bulus halani iahapkon hita siparutang do hita bani idop  ni uhur-Ni hubanta.

Kristus domma gabe galangan na sempurna bani dunia on, gabe marhiteihon-Si, mardamei jolma sipardousa in pakon Naibata Bapa sitompa haganupan. Anggo malim-malim marulakulak do sidea padashon galangan hubani Naibata anjaha lang adong boi pasolesei dousani ni manisia on, tapi anggo Kristus Jesus sahali do ia gabe Malim Bolon irik manggalangkon diri-Ni sandiri gabe galangan pardearan ni jolma on pakon Naibata janah salosei ma haganupan dousani sin dunia on halani-Si (Heber 10:10-12).

Halani ai, otik pe lang adong halani prakarsa barang inisiatif ni jolma haluahon na nilayak-layakhon-Ni ai. Pitah idop ni uhur-Ni do hansa. Halani ai salaku halak Kristen hita, maningon totap do isadari hita bahasa lang adong sipangunsagahkononta marhitei ‘habujuron’ barang ‘galangan’ atap pambahenanta hubani Tuhan sobali pitah mangkatahon diateitupa ampa puji-pujian hansa hu-Bani halani dearni layak-Ni na dob ijalo hita.


b)       Galangan sedo ‘ase’ tapi ‘halani’ do; Ia domma parlobei manggalangkon diri-Ni hubanta bani hayu parsilang in, sirsir manduruskon darohni, gariada gabe galangan na ‘sempurna’ ase maluah hita.

Halani ai pitah puji-pujian ampa tarimakasih do hansa na boi ibahen hita mambalosi ‘galangan’ ni Tuhan in sandiri na dob roh hutongah-tongahta, padameihon hita pakon Naibata Bapa in (pausih ham 2 Kor 8:13-15). Bani ma gokni hasangapon ampa pamujionta marhitei galanganta na manggoluh tandani sipartarimakasih hita dompak Tuhan in.


Tim Editor



Sumber

PENERIMAAN PESERTA PELATIHAN KERJA PROFESIONAL (PKR) – GKPS VOCATIONAL TRAINING CENTER ANGKATAN I TAHUN 2014

PENERIMAAN PESERTA PELATIHAN KERJA PROFESIONAL
PKR – GKPS VOCATIONAL TRAININGCENTER
ANGKATAN   I  TAHUN 2014


PKRVocationalTrainingCenter adalah sebuah unit pelayanan diakonia GKPS untuk pemberdayaan remaja dan pemuda/i agar mampu hidup mandiri: memiliki keterampilan/skill, berkarakter positif dan memiliki spiritualitas yang baik.

 PKRVocationalTraining  Center  kembali membuka kesempatan kepada para remaja, pemuda/i yang ingin hidup mandiri untuk mengikuti Pelatihan Kerja Profesional angkatan 1 tahun 2014, dengan ketentuan:


1. Bidang Kejuruan / Pelatihan yang dibuka adalah :
  • Otomotif  sub Mekanik Sepeda Motor
  • Salon dan Tata Rias
  • Menjahit
2. Persyaratan  Pendaftaran
  • Mengisi Formulir Pendaftaran (tersedia di PKR GKPS)
  • Pas Foto Warna ukuran 4×6 sebanyak 2 lembar
  • Foto copy Ijazah pendidikan terakhir (SD  atau SMP atau SMA sederajat)
  • Usia antara 15 – 35 tahun dan belum menikah
3. Penerimaan Peserta
  • Peserta yang diterima menjadi Peserta Pelatihan Kerja Profesional adalah yang:
  • Melengkapi persyaratan pendaftaran
  • Lulus tes seleksi calon peserta, yang meliputi: Tes Baca – Tulis- Hitung (Calistung), Tes  Wawancara (Motivasi & Hidup Rohani) serta Psiko Tes
Biaya – Biaya
Biaya Asrama (bagi yang tinggal di asrama: akomodasi dan konsumsi):
cukup membayar Rp. 350.000/bulan, dari yang seharusnya Rp. 500.000/bulan ( Rp. 150.000/bulan adalah bantuan PKR)
Biaya Pelatihan
  • Bagi yang berasal dari keluarga tidak mampu, biaya pelatihan GRATIS seluruhnya*
  • Bagi yang berasal dari keluarga kurang mampu, biaya pelatihan  disesuaikan dengan kemampuan (mendapat discount/ keringanan) *
  • Bagi peserta umum (bukan dari kategori tidak mampu atau kurang mampu) biaya pelatihan per kejuruan sampai tamat:
  1. Mekanik Sepeda Motor    : Rp. 3.000.000
  2. Salon & Tata Rias            : Rp. 2.500.000 (sampai tamat)
  3. Menjahit                           : Rp. 2.000.000 (sampai tamat)
Biaya peralatan dan bahan GRATIS
4. Keunggulan/Nilai Plus  Program Pelatihan di PKR Vocational Training Center
  • Pembinaan Spiritualitas oleh para Pendeta/Rohaniawan, Pembinaan Karakter  &  Kewirausahaan oleh Orang-orang  Profesional
  • Instruktur Pelatihan yang berpengalaman
  • Pelatihan terakreditasi B (kejuruan Salon&Tata Rias & Kejuruan Mekanik Sepeda Motor)
5. Waktu Pendaftaran & Seleksi Calon Peserta
Pendaftaran Peserta : 20 Januari  s/d  21 Maret
Tes Seleksi Calon Peserta : Senin, 24 Maret
Pendaftaran Ulang : 27 s/d 28 Maret
Untuk informasi         :  PKRVocationalTrainingCenter, Jl. Pdt. J. Wismar Saragih no 78 P.Siantar
Telp. 0622 – 29126  atau HP 085 373 100 100

*) : syarat dan ketentuan berlaku

Sumber

Carrer

History


Kamis, 20 Maret 2014

Minggu, 09 Maret 2014

KONTES LOMBA DESAIN SPANDUK RPL PEMUDA GKPS TAHUN 2014

UNTUK MENYEMARAKKAN RPL PEMUDA GKPS TAHUN 2014 , PANITIA MENGADAKAN KONTES LOMBA DESAIN SPANDUK




SYARAT :
- Peserta adalah anggota Pemuda GKPS
- Ukuran Spanduk 1 x 2 M
- Ada logo GKPS, Pemuda & Tahun Kesetiakawanan
- Peserta mengirim hasil desain
ke email : rplpgkps@gmail.com, dengan format JPG.
- Peserta wajib untuk like fan page RPL PGKPS 2014
& men-share foto pada fan page RPL PGKPS 2014
(facebook.com/RPLPGKPS2014)
- Foto tidak mengandung sara, pornografi
dan hal-hal yang merugikan orang lain

 .
- KONTES DITUTUP TANGGAL 4 MARET 2014

THEMA:
MENYAMBUT PARA PESERTA RPL PEMUDA GKPS
(UCAPAN SELAMAT DATANG )

PEMENANG :
DESAIN/FOTO DENGAN LIKE TERBANYAK YANG MENJADI PEMENANG

HADIAH :
PEMENANG AKAN MENDAPATKAN MERCHANDISE DARI PANITIA DAN
HASIL KARYA AKAN DIPAJANG DI GERBANG MASUK LOKASI RPL PGKPS 2014 UNTUK MENYAMBUT PESERTA RPL

MARI TUNJUKKAN KARYAMU


Keterangan lebih lanjut lihat Disini

Jumat, 28 Februari 2014

Roti Sampai Gosong


Nats: Engkau memahkotai tahun dengan kebaikan-Mu. (Mazmur 65:12a)

matteus suitela

Saat Alin masih kecil, ibunya menyajikan makan malam berupa telur goreng, saus, dan beberapa kerat roti. Mungkin karena lelah setelah bekerja seharian, ibu Alin memanggang roti sampai gosong. Alin tegang menunggu respon ayahnya. Ternyata, sang ayah mengambil roti itu sambil tersenyum, memolesnya dengan mentega, lalu memakannya dengan lahap. Ibu Alin meminta maaf, tetapi suaminya menjawab, “Tidak apa-apa, Sayang.”

Sebelum tidur, Alin menghampiri ayahnya dan bertanya, mengapa ayah mau makan roti gosong. Sambil memeluknya, si ayah berkata, “Ibumu sudah lelah bekerja. Lagi pula, kita tidak akan sakit karena memakan roti gosong. Bersyukur saja ia masih bersama kita.”


ilustrasi

Hidup kita juga berisi banyak hal yang tak sempurna. Selain keberhasilan dan kebahagiaan, ada berbagai kegagalan dan kekecewaan. Saat merenung ke belakang, manakah yang menjadi fokus kita? Bagian yang negatif, yang membangkitkan keluh kesah? Atau, bagian yang positif, yang membuat hati kita membara dengan pujian dan syukur?

Sepatutnya kita bersyukur atas kebaikan Tuhan yang melimpahi dan melingkupi kita. Ya, kasih-Nya nyata dalam berbagai aspek kehidupan: dalam pengampunan-Nya yang tak ternilai dan undangan-Nya untuk menikmati damai bersama-Nya (ay. 3-5); dalam penyelamatan-Nya, juga kebajikan dan mukjizat-Nya yang mengikuti kita (ay. 6-9); dalam pintu kesempatan dan mata pencaharian yang Dia sediakan untuk memberi kita kecukupan (ay. 10-14). Sungguh suatu berkat indah yang memahkotai tahun-tahun kita, bukan? –AW


Sumber