Jumat, 12 Februari 2016

Cara Memimpin Pujian Dengan Baik

Cara Memimpin Pujian Dengan Baik

Memimpin pujian adalah bagian yang sangat penting di dalam setiap kebaktian di gereja. Kepemimpinan yang efektif akan mendorong jemaat untuk turut mengikuti Anda ke dalam doa dan penyembahan yang sangat berarti dan berasal dari hati.

Bagian Pertama: Persiapan Sebelum Kebaktian Dimulai


 

    1. Pahamilah tujuan Anda. 
        Pahamilah apa arti dari penyembahan itu sendiri. Penyembahan adalah mengangkat pujian kepada Allah, sebagai pemimpin pujian, tujuan utama Anda adalah untuk mendorong seluruh jemaat untuk memuji Allah melalui lagu-lagu dan doa.
        Di atas mimbar janganlah menonjolkan penyembahan pribadi, tetapi pusatkan perhatian kepada memimpin jemaat dalam penyembahan.
        Penyembahan bukanlah sarana untuk Anda agar dapat menunjukkan bakat Anda atau mengkhawatirkan penampilan Anda. Mungkin saja Anda tidak bermaksud untuk memuliakan diri sendiri, tetapi tidak jarang juga Anda akan merasakan sedikit kebanggaan, jadi hindarilah agar itu tidak terjadi.

    2. Berdoalah.
        Bersyukurlah kepada Allah atas kesempatan untuk memimpin jemaatNya untuk menyembahNya, dan berdoalah untuk memohon bimbingan, kerendahan hati, dan keberanian agar sesi penyembahan dapat berjalan dengan baik.
        Terdapat beberapa hal yang sebaiknya dimasukkan dalam doa adalah:
            Perngertian akan lirik yang Anda nyanyikan dan kemampuan untuk menyampaikan pesan lagu tersebut
            Cinta kasih untuk jemaat yang Anda pimpin
            Kebijaksanaan dalam memilih lagu dan bait yang Anda gunakan dalam penyembahan
            Kemampuan untuk bersikap atas kebenaran yang Anda nyanyikan dan sampaikan
            Kerendahan hati untuk memimpin dengan cara yang memuliakan Allah dan bukan untuk Anda sendiri ataupun untuk jemaat.
            Kemampuan untuk membimbing jemaat menuju hubungan yang lebih baik dengan Allah.


    3. Bangunlah penyembahan Anda menuju Firman yang akan disampaikan.
        Tanyakan kepada pendeta mengenai firman apa yang akan disampaikannya, dan pilihlah lagu-lagu yang berhubungan dengan tema itu. Melakukan seperti itu akan menjadikan seluruh kebaktian menjadi lebih menyatu dan berarti.
        Anda juga perlu untuk memilih ayat-ayat Alkitab yang sesuai dengan lagu-lagu dan firman secara keseluruhan.

    4. Pilihlah lagu yang sudah bisa dinyanyikan oleh jemaat.
        Tujuannya adalah agar jemaat dapat aktif berpartisipasi di dalam penyembahan dengan ikut bernyanyi bersama. Jika jemaat tidak nyaman bernyanyi dengan lagu yang Anda pilih, kemungkinan besar mereka tidak akan ikut bernyanyi.
        Orang-orang pada umumnya tidak akan menyanyikan lagu-lagu yang tidak mereka kenal. Pilihlah beberapa lagu yang sudah dikenal jemaat. Ketika Anda menyanyikan lagu baru, masukkanlah lagu tersebut di dalam beberapa sesi penyembahan sehingga jemaat akan lebih mengenal lagu tersebut.
        Ingatlah juga bahwa ada beberapa lagu yang memang dimaksudkan untuk dinyanyikan oleh penyanyi tunggal, dan beberapa lagu lainnya dapat dinyanyikan di dalam kelompok. Tentunya lagu-lagu yang anda pilih haruslah lagu-lagu yang cocok untuk dinyanyikan bersama.
        Mungkin Anda memiliki tingkat nada vokal yang luar biasa, tetapi ketahuilah bahwa kebanyakan orang tidak memiliki tingkat nada seperti Anda. Lagu-lagu yang Anda pilih sebaiknya memiliki tingkat nada yang tidak terlalu tinggi dan tidak teralu panjang sehingga lebih banyak jemaat yang dapat bernyanyi bersama.

    5. Pikirkanlah tata ibadahnya.
        Pikirkanlah berapa lagu yang harus anda pilih. Banyak gereja yang sudah memiliki susunan yang tetap untuk setiap kebaktiannya. Tetapi di gereja lain, Anda dapat sedikit lebih bebas. Bagaimanapun juga, Anda harus memilih cukup lagu agar bisa mencukupi susunan tata ibadah dan memilih lagu yang tepat untuk berbagai bagian dari kebaktian di gereja tersebut.


    6. Ingatlah.  Hafalkan lirik lagu-lagu yang akan Anda nyanyikan. Hafalkan juga ayat-ayat yang akan Anda katakan.
        Anda bisa menempatkan lirik lagu dan Alkitab yang terbuka di depan Anda, tetapi sebaiknya jangan terlalu bergantung untuk selalu melihat dan membacanya.
        Sembari Anda berlatih membacakan ayat, berikan penekanan pada pembacaan kata kerja lebih dari bagian yang lain seperti kata ganti, kata sifat dan kata keterangan. Kata kerja secara khas menyampaikan aksi dan arti yang terbesar, jadi menekankan pada kata kerja dapat membantu agar kebenaran yang terkandung dari ayat tersebut dapat sampai kepada jemaat.
        Mempelajari kata-kata yang akan anda nyanyikan dan katakan akan membuat Anda merasa lebih nyaman di dalam penyembahan, ini akan membawa penyembahan tersebut ke arah yang lebih alami.

    7. Berlatihlah.
        Mungkin Anda satu-satunya pemimpin pujian di gereja Anda. Mungkin juga Anda adalah hanya bagian dari tim musik gereja. Berapapun jumlah orang di tim pujian Anda, berlatih secara berulang-ulang lagu-lagu yang akan Anda nyanyikan sebelum kebaktian adalah sangat penting.
        Pastikan bahwa setiap anggota dari tim pujian Anda tahu dengan pasti kapan lagu-lagunya akan dibawakan. Berkomunikasilah dengan mereka se-sering mungkin agar tidak terjadi hal-hal yang diluar rencana.
        Dengarkanlah masukan-masukan dari anggota tim Anda. Jika kesepakatan tim Anda berbeda dengan pendapat awal Anda, pikirkan kembali ide-ide Anda dan pertimbangkanlah untuk menyesuaikan ide-ide itu agar sesuai dengan kebutuhan tim.

    8. Pastikan Anda mempunyai cukup energi sebelum kebaktian dimulai.
        Penyembahan adalah sesuatu yang bersifat rohani, tetapi sebagai makhluk rohani juga, Anda perlu menjaga kebugaran fisik Anda. Tidurlah dengan cukup di malam sebelumnya. Minum banyak air dan makanlah dengan cukup di pagi hari itu agar Anda mendapatkan tenaga yang cukup hingga pelayanan anda selesai.
        Jika Anda mudah merasa mual bila perut Anda kenyang, pastikan saja Anda makan secukupnya dan jangan sampai timbul perasaan mual tersebut.

    9. Lakukanlah pemanasan sebelum kebaktian dimulai.
        Buatlah semacam sesi latihan kecil dengan anggota tim yang lainnya sebelum kebaktian.
        Sebagai pemimpin pujian, cobalah untuk hadir setidaknya 15 menit sebelum yang lain. Waktu tersebut sebaiknya di isi dengan mencoba peralatan audio (Sound Check) agar memastikan semua alat sudah ada sebagaimana mestinya. Setem semua alat musik yang akan dipakai, dan buka kembali catatan Anda untuk memastikan tidak ada hal yang terlupakan.

Bagian Kedua:Penyembahan Pada Waktu Kebaktian

    1. Ingatkan jemaat. 
        Ingatkan jemaat agar mengambil saat teduh, untuk berdoa dalam merenungkan hari-hari dan memulai kebaktian pada hari ini. Memperhatikan jemaat dalam setiap aktifitas telepon genggam/hp diharapkan berhenti (silent atau off), dikarenakan berguna untuk jemaat supaya lebih tenang memuji dan mendengarkan Firman Tuhan.

    1. Perhatikan bahasa tubuh Anda.
        Bahasa tubuh Anda harus menyampaikan kekuatan dan juga ketulusan. Meskipun penyembahan itu bukan mengenai diri Anda, tetapi untuk menangkap perhatian dari jemaat setidaknya Anda juga harus memiliki sedikit penguasaan panggung. Jika Anda terlihat tidak bersemangat dalam penyembahan Anda, maka mereka yang Anda coba pimpin juga tidak akan bersemangat.
        Mintalah agar sesi penyembahan dimasukkan kedalam rekaman video. Tinjaulah kembali rekaman video tersebut dan lihatlah bahasa tubuh Anda. Ingatlah jika ada gerakan-gerakan yang janggal atau sedikit mengganggu konsentrasi dan juga gerakan yang membantu penyembahan tersebut.
        Perhatikan juga penampilan Anda. Anda perlu tampil bersih, pakaian dan pernak-pernik yang Anda kenakan sebaiknya rapi, sederhana dan tidak berlebihan.
        Pertahankan postur tubuh yang baik dan buatlah kontak mata di dalam kebaktian. Senyum dengan sopan dan pertahankan penguasaan panggung yang ramah tetapi juga yakin dan tegas.


    2. Perhatikan jemaat.
        Perhatikanlah jemaat sementara Anda memimpin pujian didepan dan Anda harus mengerti bahasa tubuh mereka. Bersiaplah untuk melakukan perubahan yang diperlukan selama kebaktian agar Penyembahan Anda dapat sinkron dengan jemaat.
        Jika mereka terlihat bosan atau bingung, mungkin saja mereka tidak terlalu mengetahui lagu atau mungkin tidak nyaman menyanyikan lagu tersebut. Anda dapat mendorong mereka untuk ikut bernyanyi dengan membuat pernyataan seperti “Mari kita puji Tuhan bersama-sama,” tetapi hindari pernyataan dengan nada menuduh seperti “mana suaranya..?”
        Mungkin juga terjadi kesalahan teknis seperti lirik lagu yang tidak terlambat muncul di layar atau salah lirik. Pastikan Anda melihat ke layar agar kejadian seperti ini tidak terjadi.

    3. Menyembahlah dengan tulus.
        Cara yang termudah untuk menyembah dengan tulus adalah dengan benar-benar merasakan ketulusan. Pusatkan perhatian Anda kepada kata-kata yang Anda nyanyikan. Jika Anda hanya menyanyikan dan memimpin tanpa ada ketulusan hati dalam melakukannya, Jemaat pasti akan menyadarinya.
        Anda tidak perlu “beraksi” di setiap lagu, tetapi cobalah untuk menggunakan bahasa tubuh dan bahasa verbal yang cocok dengan nada nyanyian Anda. Senyumlah dan bergeraklah dengan bersemangat ketika menyanyikan lagu-lagu yang gembira. Ciptakanlah suasana yang khusyuk di dalam lagu-lagu yang dan mendalam. Pastikan untuk tidak mendramatisasi pergerakan Anda, pergerakan yang tepat dapat lebih efektif menjelaskan pentingnya kata-kata yang Anda nyanyikan.


    4. Jangan berlebihan.
        Biarkanlah jemaat tetap terlibat di dalam penyembahan. Hal-hal seperti instrumental solo yang berkepanjangan adalah salah satu alasan yang dapat membuat pikiran jemaat menjadi terhanyut. Ini mungkin terdengar indah di telinga Anda, tetapi sangat tidak praktis. Sebaiknya seperti itu tidak perlu digunakan.
        Anda tidak perlu menghapus semua bagian instrumental dari lagu, tetapi sebaiknya hanya lakukan seperlunya saja. Jika nada selingan (interlude) itu akan membantu transisi lagu, masukkan saja. Jika aransemen yang ada justru memecah aliran penyembahan, sebaiknya dibuang atau diperpendek saja.

    5. Berdoa dan membaca ayat.
        Seperti dikatakan sebelumnya, ayat-ayat yang Anda bacakan seharusnya di pilih dan di hafalkan sebelum Anda memimpin di mimbar, atau Anda dapat juga membacakan dengan kata-kata Anda sendiri jika ini menurut anda akan meningkatkan kesungguhan hati.
        Seperti pada lagu dan bacaan ayat, doa-doa Anda juga sebaiknya berhubungan dengan firman atau pengajaran yang akan disampaikan.

    6. Perhatikanlah pemimpin yang lain.
        Ketika tiba waktu penyampaian firman Tuhan, Berikanlah perhatian penuh kepada si pembawa firman. Anda adalah salah satu pemimpin di gereja baik saat Anda di atas mimbar, ataupun saat anda berada bersama jemaat. Kelakuan Anda akan dilihat oleh jemaat, terlebih saat Anda sedang tidak di atas mimbar.

    7. Jujurlah kepada diri Anda sendiri.
        Anda memang perlu untuk sedikit mengesampingkan perasaan pribadi Anda, tetapi juga tidak perlu sehingga penyembahan itu terlihat seperti suatu yang tidak alami bagi Anda. Saat-saat di mana Anda merasa lebih mendalam dan serius, biarkan penyembahan Anda mendalam dan serius. Di saat Anda merasa gembira dan bertenaga, perlihatkanlah itu.
        Sedikit kejujuran itu sangat berperan banyak. Tetapi lagi-lagi, di dalam memimpin pujian sebaiknya Anda memastikan untuk tidak terlalu berpusat kepada diri Anda. Jangan mengatakan seuatu yang negatif seperti “hari ini sangat buruk bagi saya,” tekankanlah bahwa ada saat-saat di mana terasa sangat sulit untuk memuji Tuhan, tetapi juga tekankan bahwa sangatlah penting untuk tetap menyembah bahkan di waktu-waktu tersebut.

Bagian Ketiga: Perenungan Setelah Kebaktian


    1. Berdoalah lagi.
        Peran doa sangat penting di dalam semua ini. Bersyukurlah pada Allah untuk sesi penyembahan yang telah selesai, bahkan jika ada sesuatu kejadian yang tidak Anda rencanakan sekalipun.Mintalah bimbingan pada Allah saat Anda merenungkan kembali kebaktian tersebut, dan buatlah rencana untuk pelayanan berikutnya.

    2. Tulislah catatan.
        Setelah kebaktian selesai, tulislah beberapa catatan untuk Anda mengenai bagaimana di pelayanan tadi. Gunakan catatan itu sebagai referensi Anda untuk pelayanan pujian Anda.
        Beberapa hal yang mungkin masih perlu anda latih adalah artikulasi, volume suara, dan ketepatan nada. Mungkin juga Anda tidak akan tahu suara Anda akan terdengar seperti apa di dalam ruang kebaktian kecuali jika Anda telah beberapa kali memimpin pujian di sana. Buatlah penyesuaian suara dan artikulasi Anda seperlunya untuk hal-hal seperti bunyi gema dan akustik ruangan yang buruk.
        Jika orang lain mengkritik atau membuat saran untuk Anda, bukalah pikiran Anda dan dengarkanlah mereka dengan penuh kerendahan hati. Beberapa ide mungkin akan terdengar merumitkan, tetapi beberala yang lain mungkin saja sangat praktis. Pastikan bahwa Anda dapat membedakan antara kritik yang membangun dengan kritik yang malah menjatuhkan tanpa melibatkan ego Anda.


    3. Lupakanlah kesalahan yang lalu.
        Belajar dari kesalahan itu memang baik, tetapi memilih untuk tetap tinggal di dalamnya dan membiarkan kesalahan itu terus menodai cara berpikir Anda itu tidak baik. Pikirkanlah cara-cara untuk berkembang dari kesalahan-kesalahan Anda di masa lalu dan buatlah rencana agar kesalahan itu tidak terulang kembali.
        Ketidaksempurnaan dan kesalahan sering kali menjadi pengingat yang baik agar Anda tetap rendah hati. Ini juga dapat mengingatkan jemaat yang Anda pimpin bahwa kita semua hanya menusia biasa. Jika Anda menerima kesalahan Anda dengan penuh rahmat, Anda dapat mendorong orang lain untuk juga melakukan hal yang sama.





Minggu, 30 Maret 2014

Pastinya Ada Ulos, Ada Batak



Ada Ulos, Ada Batak



KOMPAS/RADITYA HELABUMI Bagi masyarakat Karo, uis gara (ulos dalam bahasa Batak) telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, terutama berkaitan dengan acara adat, termasuk upacara pemakaman.

Oleh: Sarie Febriane

Sebagai artefak budaya, ulos mencoba terus beradaptasi dalam titian zaman. Kesetiaan dan kreativitas petenun menjadi penggerak keberlangsungan ulos. Sebab, tanpa ulos, tiada pula yang disebut sebagai Batak.
Kabut pagi yang tipis masih membayangi permukaan Danau Toba ketika tiga petenun muda di Samosir pergi mandi dan mencuci baju. Dina Simbolon (24), Royani Turnip (19), dan Bunga Nainggolan (18) berjalan beriring sembari membawa perlengkapan mandi. Hari itu, suplai air pipa di Desa Lumban Suhi-suhi di Pulau Samosir tak mengalir. Mandi di danau menjadi solusi praktis.
Sambil mencuci baju, Nani menyetel lagu di ponselnya. Lagu era 1990-an dari Michael Bolton, ”Said I Loved You but I Lied”, terdengar di antara suara kecipak air di tepian danau. Sementara itu, Dina dan Bunga sudah asyik mandi dan berenang di danau. ”Rencana saya sebenarnya pingin kuliah di fakultas hukum,” kata Nani dengan rona wajah malu-malu.
Dalam rangka merajut impiannya itulah, Nani kini tekun menenun ulos. Uang yang terkumpul dari ulos ditabungnya untuk modal sekolah di perguruan tinggi. Bagi banyak orang Batak, pendidikan merupakan hal yang teramat penting. Orang Batak tidak sudi menderita demi mencapai pendidikan tinggi. Tidak terkecuali perempuan. Tidak heran Nani pun memendam tekad serupa.



Terbang ke New York
Seperti juga temannya yang lain, gadis muda Batak kini mulai menekuni keterampilan menenun. Menenun menjadi sumber penghasilan tambahan bagi keluarga, selain bertani. Nani dan teman-temannya belajar menenun di bengkel tenun sederhana milik desainer tekstil Merdi Sihombing di Desa Lumban Suhi-suhi, Samosir, Sumatera Utara.
Sejak berbulan-bulan sebelumnya, bersama Lusi Nainggolan, istri Merdi, Nani dan temannya menenun ulos-ulos indah yang lalu dibawa Merdi ke New York, Amerika Serikat. Ulos-ulos sutra karya para petenun muda asal Samosir itu sejak 12 Maret hingga 27 Juli mendatang dipamerkan di Skylight Gallery, Charles B Wang Centre, Stony Brook University, New York. Pameran bertema ”Seas
of Blue: Asian Indigo Dye” itu diikuti empat negara saja dari Asia, yakni Indonesia, Jepang, Korea Selatan, dan India.




Merajut harapan
Dari bengkel sederhana tadi, sebuah harapan dirajut. Gadis-gadis muda Batak sudi menenun ulos sekalipun itu sebagai batu loncatan untuk meraih mimpi yang lain. Namun, setidaknya proses regenerasi petenun ulos telah menapaki jalannya. Dan, jalan itu menjadi niscaya ketika ulos dikemas Merdi menjadi bukan sekadar sebagai artefak budaya atau perangkat adat, melainkan juga sebagai komoditas mode.


KOMPAS/RADITYA HELABUMI Proses menyirat ulos

Ulos secara umum menggunakan teknik ikat yang disebut gatip, yakni benang lungsi diikat sebelum dicelup pewarna, untuk mengisolasi bagian yang tak ingin diwarnai. Teknik ini memunculkan motif saat ditenun. Ulos kemudian diberi tambahan sirat, semacam pembatas di kedua ujung ulos yang dikerjakan oleh perajin sirat. Sirat biasanya mengambil motif gorga, ukiran khas pada rumah adat Batak.

Ulos karya para petenun muda binaan Merdi dibuat dari serat sutra alam dan pewarna alami dari dedaunan nila atau indigo (Indigofera tinctoria) yang banyak tumbuh subur di kawasan Danau Toba. Indigo inilah yang zaman dahulu—sebelum dikenalnya pewarna kimia—digunakan para petenun ulos. Bagi Merdi, penggunaan kembali pewarna indigo merupakan hasratnya untuk mengembalikan kekhasan sejati ulos dari masa lampau dalam konteks zaman terkini.

Beradaptasi dengan zaman juga menjadi jalan yang ditempuh tenun uis gara—sebutan untuk ulos—di Tanah Karo. Sahat Tambun, pemilik usaha tenun uis Trias Tambun di Kabanjahe, mengolah uis gara bukan sekadar untuk keperluan adat, melainkan juga aneka kerajinan dan ornamen hiasan interior. Bahkan, Sahat juga berkreasi memodifikasi motif. Salah satunya dengan memadukan motif khas Karo, yakni legot, dengan motif lurik, salah satu tenun khas Jawa. Hasilnya amatlah menawan.
Lain lagi kreasi yang dicipta petenun hiou (ulos) Bob Damanik di Pematang Siantar. Sebuah alat tenun bukan mesin (ATBM) berukuran cukup besar menyesaki bagian belakang rumahnya. Dengan alat tenun ini, Bob menenun sekaligus membuat gatip. Jalinan benang lungsi yang sudah tersusun pada alat tenun sebagian diisolasi dengan bilah-bilah bambu sesuai motif gatip. Bob kemudian mengambil pewarna dan mengecat benang yang tak terisolasi bambu. ”Lihat, tinggal cat benang langsung kering, jadi sudah gatip,” ujarnya terkekeh.
Dengan cara begitu, Bob berhemat waktu banyak dalam proses membuat gatip. Sehelai hiou bermotif tapak catur pun dapat selesai dalam waktu sehari-dua hari saja.

 Kesakralan tereduksi
Menurut antropolog Universitas Negeri Medan, Bungaran Simanjuntak, tak ada catatan pasti sejak kapan orang Batak membuat tenun. Diperkirakan, tenun ulos telah ada sejak ribuan tahun lampau seiring terbentuknya masyarakat Batak itu sendiri. Ada ulos, ada Batak.


KOMPAS/RADITYA HELABUMI Pekerja menunjukan contoh cetakan untuk motif tenun uis (ulos) Karo di usaha tenun menggunakan alat tenun bukan mesin TriasTambun di Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara.

Dalam buku Seni Budaya Batak yang ditulis Jamaludin S Hasibuan (1985), teknik ikat dalam tenun Batak berasal dari kebudayaan Dongson yang berkembang di kawasan Indochina. Kain tenun ulos sejatinya merupakan selimut pemberi kehangatan. Ada tiga unsur pemberi kehangatan dalam kehidupan orang Batak zaman dahulu, matahari, api, dan ulos. Ulos dikenakan sebagai penjaga keselamatan tubuh dan jiwa pemakainya.
Dahulu, sebelum masuknya agama dari Barat dan Timur Tengah, pembuatan ulos selalu tergantung dari pesanan dan dikaitkan dengan jiwa si pemesan. Namanya, usianya, asalnya, waktu keperluannya selalu ditanya oleh petenun. Oleh karena itu, pembuatan ulos selalu berlatar belakang kekuatan mistik sehingga ulos berfungsi protektif kepada pemakainya,” papar Bungaran.
Selain sebagai pakaian, penanda kedudukan, penanda kelompok, dan perangkat adat, ulos juga menjadi pengikat kasih sayang antar-sesama manusia. Bahkan, segala bentuk hadiah dari pihak perempuan kerap disebut ulos walaupun bukan dalam bentuk kain.
Waktu saya menikah dan ikut suami, ibu saya memberi ulos sitolu tuho yang dia tenun sendiri, sambil berpesan, kalau saya rindu dia, tinggal peluk erat-erat ulos pemberiannya,” kata Lasma Nainggolan (58), pedagang ulos di Pasar Horas, Pematang Siantar.
Seiring zaman dan masuknya agama modern, sebagian besar masyarakat Batak tak lagi melakoni kepercayaan yang dianut para leluhur. Sejak itulah, menurut Bungaran, kesakralan ulos dari segi magis tereduksi. Kesakralan ulos beralih, dikemas dalam bingkai keagamaan, tanpa menyerap lagi unsur kemagisan.
Meski zaman terus berubah dan kepercayaan leluhur ditinggalkan, bagaimanapun sulit menjadi Batak tanpa ulos. Ulos pada masa kini mungkin memang tak lagi berfungsi magis sebagai penjaga jiwa, tetapi penjaga identitas budaya bagi masyarakat Batak. Di dalam setiap helai benangnya termuat sejarah yang menjadikan identitas Batak ada.



Sumber: http://regional.kompas.com/read/2014/03/30/0951439/Ada.Ulos.Ada.Batak